đ´ Bagaimana Awal Perbuatan Yang Baik
Eps28 Hina Kelana Balada Kaum Kelana Karya Jin Yong Diam-diam Tay-yu membatin. "Menurut cerita orang, katanya bunyi burung hantu pada waktu malam adalah sedang menghitung bulu alis
Isipidato sebaiknya harus padat dan jelas, akan lebih baik lagi jika isi pidato juga tidak terlalu panjang. Kamu bisa mengambil beberapa pembahasan sebelum masuk ke pembahasan inti, namun jangan terlena dengan pembahasan tambahan yang sebenarnya tidak terlalu penting. 3. Penutup Pidato. Jika kamu mengawali pidato dengan pembukaan yang baik
PandanganBagir Manan untuk suatu peraturan perundang-undangan yang baik yaitu : 1. Perumusan tersusun secara sistematis, sederhana dan baku. 2. Sebagai kaidah mampu mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal baik dalam wujud ketertiban maupun keadilan. 3. sebagai gejala sosial merupakan perwujudan pandangan hidup kesadaran hukum dan rasa
Yangpertama adalah nilai ketuhanan, nilai ini bersifat mutlak. Nilai ketuhanan juga dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan kaidah dan hukum tuhan.
Melaksanakanperbuatan baik perlu disertai niat yang tulus karena sesungguhnya segala sesuatu yang kita lakukan tergantung niat dari hati kita. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, " Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya."
perbuatanpelanggaran terhadap merek terdaftar yang terjadi dalam persaingan usaha tidak sehat yang terjadi dibidang merek berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik / pemegang merek terdaftar atas perbuatan pihak lain yang beritikad tidak baik dengan melakukan pemboncengan reputasi
3 Seseorang dapat mempelajari kekurangan, kecelaan dan keburukan dirinya. Dengan begitu, maka akan membuat dirinya sadar akan keurangannya dan akan berusaha memperbaikinya. 4. Melalui pergaulan juga mampu memperbaiki budi pekerti seseorang.
Tahapkedua pembinaan karakter yang baik adalah dengan merasai perasaan baik ketika melakukan kebaikan. Setelah kanak-kanak mengetahui perbezaan antara kebaikan dan kejahatan, mereka akan berasa dekat dengan kebaikan. Pada tahap ini, mereka berada pada tahap untuk memilih melakukan sesuatu kebaikan. 3. MELAKUKAN KEBAIKAN.
Menurutsemua agama, jika Anda melakukan perbuatan baik di dunia Anda akan mendapatkan surga sebagai hadiah, Anda pasti akan bertemu ibumu tetapi Anda harus memiliki kesabaran untuk itu. Ingatlah hanya kesabaran dan perbuatan baik Anda yang akan membuka pintu surga bagi Anda. Bagaimana Anda memberi tahu ibu Anda bahwa Anda meninggal?
. Oleh Kita cangap mendengar ungkapan âminus-kurang, nanti makara bukitâ. Hal-situasi besar tidak majuh lahir terbit pekerjaan raksasa. Peristiwa besar lagi bisa lahir semenjak hal-peristiwa katai atau terlihat sepele, tapi lambat-laun menjadi samudra. Yah semacam itu lah.., memang, kita cak acap hanya melihat segala sesuatu dari âhasilâ, tapi kita mencuaikan bahwa yang raksasa bisa saja lahir berpunca âprosesâ pengumpulan yang renik atau dianggap sepele atau dianggap tetik bengik. Tumpukan pasir yang dulunya doang publikasi kecil bisa menjadi gunung batu halus, atau bahkan padang pasir luas. Hal itu juga bertindak dalam nasib kita. Kita pelahap menyepelekan hal-peristiwa kerdil, padahal hal yang kecil itu bernilai, bahkan jikalau berakumulasi, kejadian-hal itu menjadi besar. Sadarkah kita bahwa segelas air kudrati akan tampak tidak berarti takdirnya disandingkan dengan minuman fertil lain, tapi air polos bisa jadi sangat berarti bagi seseorang yang sangat kehausan di tengah sulit matahari. Perbuatan baik yang kecil sering kita anggap tidak bernilai. Membuang duri dari perdua kronologi menjadi terlihat sepele, tapi jika bukan disingkirkan, akan cak semau orang yang ketaton. Jika ragam baik yang tampak sepele sering dilakukan, anda akan menjadi tumpukan kelebihan yang ki akbar. Sebaliknya, misalnya, mengunjing cucu adam mungkin bikin kebanyakan kita dianggap sepele, tapi ragam kecil itu akan berdampak negatif secara luas. Bayangkan doang, bukan main banyak kepanikan sosial, isu-isu, desas-desus, stigma, pembentukan opini, bahkan yang meski positif, tapi termasuk penggunjingan, akan berhasil samudra, dan sistemik di masyarakat. Tidak hanya perbuatan baik yang kecil, melainkan ulah jahat yang juga jika rutin dilakukan, akan berdampak lautan. Enggak cak semau dosa besar, melainkan dosa-dosa boncel yang camar dilakukan, demikian dikatakan intern wahi Islam. Dalam al-Qur`an, disebutkan, âMaka barangsiapa mengerjakan maslahat seberat zarrah, niscaya anda akan meluluk balasannya, dan barangsiapa mengerjakan ki kebusukan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat penangkisannyaâ Qs. al-Zalzalah 7-8. Dua ayat terakhir persisnya adalah âpenutup/ lanjutan yang sakti konklusiâ disebut dengan tafrĂŽâ al-fadzlakah, buat menjatah senawat alias galakan seyogiannya orang berbuat kebaikan targhĂŽb dan ancaman hendaknya orang bukan mengerjakan kejahatan tarhĂŽb. Penutup nan berilmu kesimpulan merupakan penjelasan ayat sebelumnya tentang mengapa manusia dikumpulkan dan mengapa mereka diperlihatkan hasil perbuatan mereka di dunia. Ituâpulaâkarena prinsip yang berlaku ialah bahwa siapa yang melakukan perbuatan, baik atau biadab, akan diberi perlawanan, sekecil segala apa kembali perbuatan itu. Dua ayat di atasâkarena merupakan prinsipâdisebut oleh Rasul Muhammad sebagai âungkapan ringkas, padat, dan suatu-satunyaâ al-jâmiâah al-fâdzdzah. Abdullâh ibn MasâĂťd menyebut bahwa ayat ini yaitu ayat minimal tegas/ jelas keberlakuannya ahkam âyah dalam al-Qur`an. Satu ketika Shaâshaâah bin Nâjiyah, kakek al-Farazdaq, cak bertengger kepada Utusan tuhan Muhammad meminta cak bagi dibacakan ayat al-Qur`an. Kemudian Rasul memintal untuk membacakan kedua ayat ini. Shaâshaâah berkomentar, âCukuplah bagiku ayat ini. Segala nasehat mutakadim bercerai. Aku tidak peduli bukan mendengarkan ayat lain dari al-Qur`an.â Komentar ini pasti harus dipahami internal pengertian sejenis itu penting dan padatnya alat pencernaan dalam ayat ini; enggak berarti baginya bahwa ayat-ayat lain lain penting. Pasti saja, cak semau sejumlah lain serupa, seperti âjika kalian berbuat baik, maka berarti kalian berbuat baik bakal diri kalian sendiri, dan jika kalian berbuat jahat, maka bakal diri kalian sendiri jugaâ Qs. al-Isrâ` 7. Kaedah ini dikategorikan oleh Umar polong Abdullâh al-Muqbil sebagai riuk satu âkaedah Qur`aniyyahâ ke-38 internal karyanya, Qawââid Qur`âniyyah. Menurutnya, kaedah yang terkandung dalam ayat ini memuat prinsip kesamarataan dan pembalasan. Atas dasar ini, istri dan sahabat Utusan tuhan Muhammad menerapkan kandungan ayat ini privat praktik semangat. Misalnya, Aisyah r. anhâ tidak sungkan dan enggak sipu untuk bersedekah dan lagi memunculkan khalayak lakukan bersedekah sungguhpun namun dengan sebiji kurma. Sama dengan keadaan serupa diterapkan maka itu Umar kacang al-Khaththâb. Dalam sebuah hadĂŽts, Nabi Muhammad bertutur, âJanganlah kadang-kadang anda menganggap enteng kebaikan seberapa pun jua, walaupun dalam bentuk bertemunya dia dengan saudaramu dengan wajah yang manisâ. Dalam keadaan level kebaikan yang dilakukan, al-SyinqĂŽthĂŽ dalam Adhwâ` al-Bayân mengklasifikasi level perbuatan baik menjadi tiga level. Pertama, level terendah al-hadd al-adnâ, yaitu berbuat baik atau melaksanakan kewajiban saja sekadar melepaskan barang bawaan, seperti mengupah zakat. Termasuk dalam pengertian ini adalah menyumbang sunnat, kendati dengan sebiji kurma, sebagai halnya dianjurkan dalam Qs. al-Zalzalah 7-8 ini. Kedua, level tengah atau sedang al-hadd al-awsath, yaitu berbuat baik alias melaksanakan kewajiban dengan kadar secukupnya garis hidup yang bisa semata-mata meluruhkan kewajiban dan berbagi dengan kepentingan diri seorang, seperti tergambar dari anjuran al-Qur`an mudahmudahan bersikap moderasi bukan berlebihan, termasuk n domestik bersedekah. Ketiga, level tinggi al-hadd al-aqshâ, yaitu berbuat baik atau melaksanakan kewajiban untuk anak adam enggak, biarpun dirinya sendiri memerlukannya, seperti yang dilakukan oleh kalangan Anshâr bagi kepentingan kalangan MuhâjirĂŽn. Nah, jika satu masyhur kelihatan berpokok kuantitas tidak banyak, cuma telah dilakukan semaksimal kemapuan dan dengan totalitas ketaatan kepada perintahnya, maka perbuatan sekecil itu pun taat penting. Seorang yang miskin kali harus merogoh saku lebih dalam jika anda bersedekah dengan seratus ribu rupiah, karena pendapatannya tidak banyak. Jika anda bersedekah dengan lima desimal ribu, jumlah itu barangkali masih dianggapnya besar, dan sudah berlaku netral antara properti sosial dan nasib baik pribadinya kepentingan diri sedniri, anak, dan istrinya. Berlainan dengan kejadian itu, seorang milyarder barangkali tidak akan elusif kalau sira berbsedekah dengan seratus ribu, karena hartanya melimpah dan pendapatannya banyak. Makanya karena itu, kebernilaian suatu perbuatan baik tidak bisa satu-satunya semata-mata dilihat dari jumlah, melainkan pecah kualitas positif totalitas pengorbanan yang dilakukan. Serupa itu juga, berbuat baik kepada cucu adam atau basyar tak yang memerlukan akan makin bernilai ketimbang kepada orang yang kurang alias setara sekali tidak memerlukan sambung tangan. HadĂŽts yang diuraikan berikut akan menggambarkan hal ini. Di samping itu, menyedekahkan sebagian lautan harta yang berakibat terabaikannya properti-hak prinsipil anak dan gula-gula adalah polah nan tidak bijak, karena kesuntukan keseimbangan antara yang wajib dan yang sunnat. Pengucapan HadĂŽts Riuk suatu hadĂŽts nan memperapat kandungan ayat di atas adalah hadĂŽts yang dijelaskan di radiks ini. Privat sebuah hadĂŽts yang diriwayatkan maka itu AbĂť Hurairah disebutkan bahwa ada seorang pria dalam riwayat lain, yakni koteng pelacur Yahudi yang berjalan di sebuah perkembangan di pangkal susah matahari. Engkau sangat kehausan. Kemudian ia menemukan sebuah mata air, suntuk ia turun ke sumur dan mereguk dari air sendang tersebut. Sekeluarnya pecah mata air, ia menemukan seekor ketek yang menjulur-julurkan lidah dan memakan tanah basah karena sangat haus. Di tulang pikiran junjungan-laki tersebut, terniat bahwa anjing tersebut sangat kehausan sebagaimana yang dialaminya plonco sahaja. Ia pun juga turun ke perigi. Kedua sepatunya diisinya dengan air dan dipegangnya kedua sepatu tersebut dengan mulut sambil naik ke atas. Anjing itu pun akhirnya dapat minum berbunga air tersebut. Allah âbersyukurâ dapat diartikan memberi belas kasih dan mengampuni dosa lelaki tersebut. Dalam sebuah riwayat, Allah swt memasukkannya ke dalam surga. Fenomena menarik perhatian para sahabat. Mereka penasaran, kemudian bertanya kepada Rasulullah saw. âApakah kami akan diberi pahala dengan berbuat baik kepada binatang?â Rasulullah saw. Menjawabnya singkat dan padat âDi setiap kerongkongan nan basah, ada pahalaâ kelakuan baik kepada setiap yang memiliki umur ada pahala. Jawaban Rasulullah ini secara harfiah diartikan dengan âDi setiap jantung nan basah ada pahalaâ. Tetesan air yang membiaki halkum setiap nan punya roh, apakah sato, tambahan pula sosok, ada pahala. Cak bertanya sahabat tersebut muncul yakni wajar, sebagaimana halnya juga kita akan terjerat terhadap kejadian unik ini. Mula-mula, hadits tersebut menjelaskan perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang individu kepada seekor binatang, suatu situasi yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh para sahabat. Tentu tak akan menjadi persoalan jika polah baik seorang manusia kepada manusia. Kedua, binatang dimaksud juga bukan satwa umumnya, melainkan monyet yang dipandang sebagai najis berat dalam Selam. Ketiga, jika kita berpatokan dengan suatu riwayat enggak nan disebut n domestik Riyâdh al-ShâlihĂŽn, orang tersebut bukanlah seorang laki-laki, melainkan seorang perempuan pelacur Yahudi. Pantas sekali dengan melihat kejadian distingtif ini, kemudian para sahabat penasaran dan menanya. N domestik kitab-kitab yang memuat penjelasan akan halnya maksud hadits tersebut, seperti Fath al-Bâri` karya Ibn Hajar al-AsqalânĂŽ dan Syarh ShahĂŽh Muslim makanya Pastor al-NawawĂŽ, dijelaskan bahwa hadĂŽts tersebut merupakan perintah cak bagi berbuat baik, tercantum kepada fauna. Kitab-kitab tersebut biasanya memberikan batasan bahwa nan dimaksud binatang di sini merupakan hewan yang dihormati dan yang tidak menyebabkan kemudaratan untuk manusia, tidak seperti anjing sinting yang mungkin boleh tokak manusia. Dengan menyibuk hadits ini dan penjelasannya syarh , Islam ternyata tidak namun mengajarkan âihsânâ berbuat baik tak hanya kepada basyar, melainkan pun kepada semua cucu adam spirit. Biar latar belakangnya distingtif, jawaban Rasulullah saw memuat ruang lingkupnya yang lebih luas dan global âsetiap jantung nan basah karena tetesan air nan diberikan sebagai perbuatan baik, suka-suka pahalaâ. Pembukaan âkabidin rathbatinâ kerumahtanggaan kitab-kitab penjelasan hadits diterjemahkan dengan setiap nan n kepunyaan roh alias semangat individu hidup. Makara, dengan ungkapan itu, beliau ingin menyatakan bahwa enggak hanya sosok intern peristiwa itu doang yang berbahagia pahala, melainkan setiap tetesan air nan menciprati kerongkongan, kiasan atau metapor perbuatan baik, yang dilakukan kepada setiap khalayak yang bernyawa, orang usia, ada peperangan pahala nan disediakan maka itu Allah swt. Terlebih, internal hadits tersebut, disebutkan Halikuljabbar swt âberlega hatiâ =memberi anugerah dan memasukkan anak adam tersebut ke dalam surga. Mula-mula, Islam mengajarkan keluhuran budi. Perbuatan baik yang dalam rukyah kita tampak sepele akan menjadi baik karena atas dasar bahwa kejadian itu bayangan dari keluhuran kepribadian cucu adam yang melakukannya. Alih-alih memperoleh imbalan, seperti mana pelalah dilakukan oleh manusia terhadap manusia lain, orang itu tentu tidak memperoleh terima kasih, karena landang nan diberikan kebajikannya merupakan fauna! Arti tumbuh dari pohon kebaikan pula. Niat orang tersebut untuk berbuat baik karena keibaan sebagaimana diceritakan hadĂŽts itu akan memperoleh nilainya di sisi Allah swt, si Tuhan. Kedua, n domestik hadits tersebut diceritakan bahwa sekeluarnya basyar tersebut dari perigi setelah mendinginkan rasa hausnya, ia menemukan monyet yang terjulur lidahnya serempak melahap tanah basah. Lalu apa? Makhluk tersebut, membayangkan apa yang terjadi pada anjing tersebut yaitu apa yang kembali plonco saja menimpa dirinya. Kita bisa memahami di sini bahwa terserah keibaan, ada pemberlakuan apa yang menjangkiti manusia tidak pun menimpa dirinya. Kaprikornus, apa terserah internal perasaannya tentu akan terserah lega sesuatu atau seseorang di luar dirinya. Ini kemampuan kita ikut ingin merasakan segala yang dirasakan maka itu orang lain. Cara ini teradat tumbuh privat keluhuran kepribadian, yaitu akan halnya suka-suka hubungan timbang-serong recipocral. Dalam al-Qur`an dinyatakan, âJanganlah satu gerombolan orang menghina keramaian yang lain. Boleh jadi, yang dihina selayaknya merupakan kian baik semenjak mereka yang menertawai. Begitu juga para wanita terhadap wanita nan enggak, karena bisa jadi nan dihina sesungguhnya lebih baik daripada mereka yang menghina.â Ketiga, kita sebaiknya jangan membayangkan bahwa masyhur sekecil apa lagi tidak akan memiliki kredit. Bukankah kebernilaian sesuatu sesungguhnya enggak camar sreg dimensi besaran? Inilah yang disebutkan dalam al-Qurâan bahwa di hari kiamat nanti, hal-situasi yang tampak sepele, malar-malar yang ki akbar, tidak akan dilewatkan begitu saja, melainkan diperhitungkan. âIa tidak mengalfakan baik kesil maupun yang ki akbar, melainkan dihitungnya, dan mereka akan menemukan apa yang sudah mereka untuk dihadirkanâ. Setiap barang apa yang kita lakukan sekecil segala pun tidak berpengaruh kini dan di sini, tapi akan berakibat besar. Itulah sebabnya, cak kenapa cuma menyingkirkan yang dapat mengganggu kronologi imâthat al-adzâ internal Islam sudah dianggap andai salah suatu silang dari 97 n domestik riwayat tak, 67 cabang iman, padahal iman yakni nan minimum fundamental intern agama ini. Kita karuan saja tidak akan menemukan lagi kasus beruk kehausan, tapi manusia-manusia di seputar kita, wujud orang yang tentu kian mulia karena anugerah akalnya, yang lain tetapi perlu makan dan minum, tapi juga membutuhkan ketenteraman, hidup dalam suasana aman tanpa kekerasan. Bukankah berbuat baik ihsân dalam pengertian itu kepada orang lebih bernilai daripada binatang seperti dalam hadĂŽts itu? Berbuat baik juga mengandung pengertian untuk lain melakukan yang enggak penting, apalagi nan merugikan, baik diri sendiri ataupun turunan lain. âDi antara tera baiknya keislaman seseorang adalah kemampuannya menyingkir apa yang enggak bermanfaat baginya,â demikian sabda Nabi kita, Muhammad saw. Di samping hadĂŽts di atas nan membualkan perbuatan baik yang barangkali sepele, lagi ada hadĂŽts lain yang menjelaskan perbuatan tebal hati yang mungkin dianggap sepele, tapi pelakunya akan disiksa di neraka, yaitu hadĂŽts berikut âSeorang perempuan diazab karena ia mengurung seekor kucing sehingga kucing tersebut mati kelaparan, maka perempuan turut neraka karena ituâ. HadĂŽts ini berisi wanti-wanti moral agar kita tidak menyepelekan polah jahat sekecil apa pula, karena bisa saja perbuatan kejam itu berakibat buruk. *Penyadur ialah dosen pada Fakultas Ushuluddin dan Humaniora; Penasihat Pusat Penekanan dan Publikasi Ilmiah LP2M UIN Antasari Banjarmasin
Pertanyaan Jawaban Efesus 28-9 menjelaskan bahwa kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik. Sebaliknya, sebelum kita selamat, perbuatan baik kita ditabur dalam kedagingan dan tidak dapat menyenangkan Allah; bahkan perbuatan âbenarâ kita yang terbaik masih tetap gagal mencapai kemuliaan Allah baca Roma 320 dan Yesaya 646. Kita diselamatkan hanya karena Allah itu pemurah dan berbelas kasihan dan telah merancangkan cara supaya kita dinyatakan saleh di hadapan-Nya meskipun kita berdosa Mazmur 865; Efesus 24. Ketika Yesus menjadi dosa bagi kita 2 Korintus 521, kebenaran-Nya diwariskan kepada kita. Keselamatan adalah pertukaran ilahi upaya-pribadi kita yang compang-camping ditukarkan dengan kesempurnaan Kristus. Karena kematian dan kebangkitan-Nya telah melunasi hutang hukuman dosa kita, maka kita dinyatakan sempurna di hadapan Allah Roma 51. Kita diperintah âkenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terangâ Roma 1314. Pada waktu keselamatan, Roh Kudus dating mendiami hati orang yang bertobat Kisah 238. Pribadi kita sudah bukan lagi tuan utama dalam kehidupan kita. Yesus adalah Tuan kita sekarang. Itulah yang dimaksud ketika kita menyatakan Yesus sebagai âTuhanâ kita Roma 109; Kolose 26. Pada suatu waktu kita berjalan ke arah selatan; namun sekarang kita berjalan ke arah utara. Segala sesuatu diubahkan. Kita mulai memandang kehidupan menurut sudut pandang Allah, bukan sudut pandang pribadi kita â sebagaimana ditulis oleh John Newton, âDahulu saya sesat tapi sekarang saya ditemukan, buta, tapi sekarang ku melihat.âDosa yang dahulu dilakukan tanpa pertimbangan panjang-lebar sekarang menimbulkan rasa bersalah atau tuduhan. Mengenal Allah tidak lain dari menganggap dosa sebagaimana Ia menilainya. Satu Yohanes 39 mengajar, âSetiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.â Bukan berlanjut dalam dosa, seorang Kristen yang telah lahir baru akan menghasilkan âbuah yang sesuai dengan pertobatanâ Matius 38. Keselamatan memampukan kita untuk hidup âoleh Rohâ dan benar-benar melakukan perbuatan yang baik Galatia 516. Efesus 210 mengajar, âKarena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.â Tujuan Allah menyelamatkan kita bukan hanya menyelamatkan kita dari neraka, tetapi juga mencerminkan kepribadian dan kebaikan-Nya pada dunia. Allah berkenan melihat kita menjadi semakin serupa dengan Anak-Nya Roma 829. Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dosa telah merusak gambar dan rupa-Nya di dalam diri kita. Ketika Allah mengembalikan kita pada Diri-Nya, adalah untuk memulihkan gambar dan rupa-Nya dalam diri kita dan membebaskan kita seperti keadaan semula. Ketika Roh Kudus tinggal di dalam kita, Ia menggerakkan kita untuk melakukan hal-hal yang memuliakan Allah Yohanes 1426. Keinginan untuk menyenangkan Allah bertumbuh seiring dengan pengertian kita tentang Dia. Keinginan menyenangkan Allah menghasilkan perbuatan baik. Secara alkitabiah menyebutkan bahwa seseorang telah selamat namun belum berubah tidak konsisten. Tidak sedikit orang yang secara luaran menyerahkan hidup mereka pada Kristus, namun tidak diikuti oleh perubahan gaya hidup. Itu bukanlah keselamatan sejati melainkan iman yang âmatiâ Yakobus 226. Ketika Anda masuk ke dalam ruangan yang gelap dan menyalakan sakelar lampu, maka Anda berharap cahaya segera bersinar. Jika tidak ada cahaya yang muncul, maka Anda berasumsi ada sesuatu yang keliru disana. Menyatakan lampu sudah menyala sedangkan ruangan masih gelap tidak konsisten. Terang selalu menghempaskan kegelapan. Ketika hati yang gelap menerima cahaya keselamatan, maka hati itu terang Yohanes 1246. Prioritas orang itu berubah. Keinginannya berubah. Sudut pandangnya berubah. Untuk pertama kali, kehidupan nampak sesuai aslinya. Jika kegelapan dosa masih berlanjut, tidak salah jika kita berasumsi bahwa lampu belum menyala. Adapun kiasan alkitabiah lainnya, yakni bahwa Allah ingin menumbuhkan buah di dalam kehidupan kita baca Galatia 522-23. Ia adalah Penata Anggur, Yesus adalah Pokok Anggur, dan kita adalah cabang. Para cabang secara alami menempel pada pokok; mereka mendapatkan dukungan, kemampuan menghasilkan buah, dan kehidupan bersumber dari pokok anggur. Yesus berkata, âAkulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.â Itulah maksud dari kebun anggur â âberbuah banyak.â Perbuatan baik selalu mengikuti keselamatan. Jadi, meskipun tidak diselamatkan oleh perbuatan baik kita, ketika kita diselamatkan, kita pasti akan menghasilkan perbuatan baik. Sama seperti seorang bayi akan bertumbuh setelah dilahirkan, orang yang percaya akan bertumbuh setelah lahir baru secara rohani. Pola pertumbuhan kita memang tidak setara dan bentuknya pun berbeda, namun kelahiran sejati pasti akan menghasilkan pertumbuhan. Jika bayi tidak pernah bertumbuh, maka ada yang sangat keliru disana. Tidak seorangpun berharap bahwa seorang bayi akan tetap menjadi bayi selamanya. Ketika ia bertumbuh, ia akan semakin menyerupai orang tuanya. Sama-halnya, setelah keselamatan, kita bertumbuh, dan kita semakin menyerupai Bapa Surgawi kita. Hal ini hanya mungkin jika kita âtinggal di dalam Diaâ dan mengizinkan-Nya menumbuhkan karakter-Nya di dalam diri kita Yohanes 154. Perbuatan baik tidak menghasilkan keselamatan. Perbuatan baik adalah hasil dari keselamatan. Yesus berkata pada pengikut-Nya, âDemikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorgaâ Matius 516. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah artinya bahwa perbuatan baik adalah hasil dari keselamatan?
bagaimana awal perbuatan yang baik